Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang terbentang di alam. Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport), kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training) atau sekedar menikmati keindahan alam (refreshing). Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (mountaineering), panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving) dan yang lainnya.
Dan bila diantara sobat ada yang punya hobby menempuh rimba atau mendaki gunung, pastilah kenal dengan istilah survival, yaitu upaya untuk bisa bertahan hidup di alam liar.
Pengetahuan survival wajib dikuasai oleh para petualang (Ranger) untuk menghadapi situasi darurat lantaran kehilangan orientasi (tersesat) atau kehabisan logistic (bekal). Kiat hidup darurat ini penting, walaupun sejak awal sobat telah mempersiapkan segala sesuatu dengan secermat mungkin, tapi alam kerap sulit diprediksi perilakunya, sehingga menjadi suatu keharusan bagi penggiat alam terbuka untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat, dan yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah : meliputi persiapan alat atau perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan serta cuaca.
Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis
Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut. Pengetahuan tentang survival sangat diperlukan bagi para penggiat alam terbuka sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.
Sebagian dari ilmu survival itu adalah pengetahuan tentang aneka tumbuhan liar yang layak dan aman untuk dimakan. Dan menurut para ahli, 10% dari keseluruhan jenis tumbuhan berbunga di dunia ada di
Dan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak untuk dimakan, ada beberapa kunci yang bisa dijadikan pegangan. Tumbuhan yang daun, bunga, buah, atau umbinya biasa dimakan oleh satwa liar, adalah tumbuhan yang tidak beracun. Jadi kita bisa mengkonsumsinya. Sementara, tumbuhan yang berbau tidak sedap dan bisa membuat pusing, serta tidak disentuh oleh binatang liar, sebaiknya jangan disentuh. Juga tumbuhan bergetah yang membikin kulit gatal, dianjurkan untuk dihindari.
Tumbuhan lain yang perlu disingkirkan adalah tanaman yang daunnya bergetah pekat, berwarna mencolok, berbulu, atau permukaannya kasar. Tanaman dengan daun yang keras atau liat juga jangan dikonsumsi. Jika mendapatkan tumbuhan kemaduh waspadalah lantaran bulu pada daunnya membuat kulit gatal dan panas.
Pucuk daun pakis bisa juga dimasak sebagi sayuran
Tumbuhan lain yang buahnya juga bisa dimakan misalnya markisa, markisa ini adalah tumbuhan merambat dengan bunga khas. Beberapa anggota keluarga sirsak, misalnya Annona muricata, daging buahnya segar. Buah lainnya semisal senggani, arbei hutan, dan anggur hutan.
Selain tumbuhan di atas, jamur juga bisa menjadi dewa penyelamat bila tersesat. Menurut literatur, sudah ditemukan 38.000 jenis jamur di seantero dunia. Di antaranya ada yang enak dimakan, tapi sayang, yang tidak boleh dimakan karena beracun lebih banyak lagi. Tidak heran bila budaya makan jamur yang layak konsumsi konon sudah ada sejak jaman Mesir Kuno.
Untuk mengetahui jamur itu beracun atau tidak, bisa di dilihat dari bentuk, warna, dan tempat tumbuhnya. Sementara di laboratorium, bisa dilakukan analisis secara kimiawi maupun dengan hewan percobaan. Tetapi jika sedang dihadapkan pada masalah mendesak survival di hutan belantara, mustahil bisa pergi ke laboratorium dulu untuk memastikan apakah jamur yang ditemukan itu beracun atau tidak.
Karena itu kita perlu mengenal jamur-jamur yang biasa dikonsumsi masyarakat. Untuk menghindari makan jamur liar beracun, perlu diketahui ciri-cirinya. Yaitu, warna payungnya gelap atau mencolok misalnya biru, kuning, jingga, merah. Perkecualian untuk jamur kuping dengan payung coklat yang toh juga dapat dimakan.Bau tidak sedap lantaran kandungan asam sulfida atau amonia juga sekaligus menunjukkan jamur tersebut tak layak konsumsi.
Tahukah anda, beberapa jenis jamur ada yang memiliki cincin atau cawan pada tangkainya, misalnya jenis Amanita muscaria, dalam bahasa Jawa disebut supa-upas. Bentuknya seperti payung putih kekuningan, bagian payungnya warna merah bintik-bintik putih. Awas,racun pada jamur ini tergolong racun kuat.
Beda dengan jamur merang, meski mempunyai cincin tetapi bisa dimakan. Jamur beracun umumnya tumbuh di tempat kotor, misalnya pada kotoran hewan dsb. Mereka dapat berubah warna jika dipanasi.Jika diiris dengan pisau perak atau digoreskan pada perkakas perak akan meninggalkan warna biru. Warna biru ini disebabkan kandungan sianida atau sulfida, yang beracun. Sementara nasi akan berwarna kuning jika dicampur jamur beracun. Petunjuk lain, ia juga tidak dimakan oleh hewan liar.
Repotnya jenis jamur ini juga berbahaya kalau sampai sporanya menempel pada kulit, karena dapat menyebabkan kulit gatal, bahkan melepuh. Bagaiamana ciri-ciri orang yang keracunan jamur? Selidikilah, apakah ia pusing, perut sakit terutama ulu hati, mual, sering buang air kecil, tubuh lemas, pucat? Jika ia muntah, adakah darah pada muntahannya? Racun akibat jamur cukup ganas juga, kalau tidak tertolong korban bisa meninggal setelah 3 - 7 hari.
Sebelum dimakan, tumbuhan liar di hutan sebaiknya dimasak dulu untuk mengurangi dampak buruk seperti diare dan alergi. Bagaimana kalau sedang coba-coba makan tumbuhan hutan lantas keracunan? Masih ada upaya menetraliskan. Upayakan untuk memuntahkannya dengan jalan "dipancing-pancing". Jika sudah muntah minumlah air kelapa. Pil norit mungkin bisa juga membantu mengurangi kadar racun, kalau ada.
Nah petunjuk teknis diatas adalah apabila sobat menghadapi situasi darurat yang diakibatkan karena kehabisan logistic selama melakukan kegiatan alam terbuka. Terus bagaimana cara kita survive yang diakibatkan karena tersesat? Sebagaimana kita ketahui, tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju.
Hal tersebut biasanya disebabkan karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain :
· Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
· Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
· Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
· Perhatikan objek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
· Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut, jika dilihat dari arah berlawanan
· Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
· Gunakanlah kompas sebelum tersesat
· Belajar membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angin
· Jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.
Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah yaitu :
S = Seating, duduk dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking, berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O = Observation, melakukan pengamatan/observasi
tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan
anda lakukan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah :
a. Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
b. Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
c. Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi atau memanjat pohon
d. Gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam dan kalau ada
e. Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
f. Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun
g. Memanfaatkan situasi dengan menunggu bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya.
Sekian dulu tips dari saya, semoga bermanfaat...