survival

welcome

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industrys standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

pengetahuan serta tips pendakian gunung



Berdiri di puncak gunung sebagai tempat tertinggi di daratan merupakan pengalaman luar biasa yang sulit untuk dilupakan. Menyaksikan matahari terbit dan terbenam kembali dengan suasana yang berbeda tentu akan menambah kekaguman kita pada yang menciptakannya. Menatap dunia dari puncak-puncak tertinggi, terkadang bagaikan berdiri di atas permadani awan yang maha luas dan menjadi pengalaman yang tidak ternilai harganya.

Udara bersih yang dihirup dari alam pegunungan dan berbagai kejadian selama perjalanan menjadi pengalaman manis yang tidak terlupakan. Dan semua hal lain yang dirasakan selama perjalanan merupakan bagian dari cara-cara menikmati alam ciptaan Tuhan dari sisi yang lain. Berbagai pengalaman menarik dan berbeda-beda telah dilalui para pendaki.

Di mana setiap orang mempunyai pengalaman sendiri ketika melaluinya. Namun semuanya mempunyai kesimpulan yang sama, yaitu betapa luas dan indahnya ciptaan Tuhan. Akhirnya kita akan merasakan betapa "kecilnya" manusia di hadapan Tuhan.

Bukti-bukti sejarah seperti candi, arca dan makam kuno yang ditemukan di daerah pegunungan di Indonesia, merupakan bukti bahwa kegiatan mendaki gunung di Indonesia telah dilakukan sejak berabad-abad lalu. Bahkan pada masa penjajahan Belanda, seorang pencinta alam, penjelajah, dan ilmuwan terkenal, Frans Junghuhn yang berkebangsaan Prusia-Jerman, sejak tahun 1830-an telah mendaki seluruh gunung yang ada di Pulau Jawa. Hasil perjalanannya selama hampir 30 tahun antara tahun 1935-1964 dituangkannya dalam sebuah buku yang berjudul "Java".

Kemudian jejaknya diikuti oleh petualang-petualang Eropa (Belanda) lainnya seperti Wormser, yang menuliskan catatan perjalanannya ketika melakukan pendakian gunung-gunung di Pulau Jawa. Bukunya terbit sekitar tahun 1930. Demikian juga Stehn, pendaki berkebangsaan Eropa yang menulis buku panduan mendaki 30 gunung di Pulau Jawa pada tahun 1928. Kemudian kegiatan pendakian gunung di Indonesia sendiri terus berkembang sampai sekarang.

Berbagai kegiatan alam bebas yang dilakukan para penggiat alam seperti, mendaki gunung, sepeda gunung, terbang layang, dan lain-lain, banyak dilakukan di kawasan pegunungan. Berbagai kegiatan tersebut terkadang membahayakan. Selain karena ketidaktahuan para penggiat alam sendiri terhadap wilayah gunung tersebut, juga karena faktor lain. Seperti ketidaksiapan si penggiat alam dalam melakukan aktivitas di alam bebas.

Selain para penggiat alam bebas, berbagai aktivitas manusia yang kerap dilakukan di wilayah gunung secara langsung maupun tidak langsung turut serta mempengaruhi ekosistem untuk tetap terjaga dengan baik atau bahkan menjadi "rusak". Pendaki gunung juga harus dibekali dengan pengetahuan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan selama melakukan perjalanan pendakian.

Aktivitas kegiatan alam bebas seperti mendaki gunung bisa dikatakan sebagai olahraga rekreasi. Namun karena aktivitasnya dilakukan di alam terbuka, mendaki gunung memerlukan kondisi fisik prima dari para pendakinya. Anda yang menyukai kegiatan alam terbuka haruslah menyadari berbagai bahaya yang mungkin mengancam ketika melakukan aktivitas di alam terbuka tersebut.

Ancaman yang mungkin membahayakan para penggiat alam bebas tersebut biasanya datang dari dalam diri sendiri ataupun datang dari luar dan di luar kemampuan Anda. Kedua jenis bahaya tersebut biasa diistilahkan dengan bahaya subjektif dan bahaya objektif. Dan yang perlu diingat, jangan pernah menganggap remeh kondisi alam dalam bentuk apa pun, termasuk alam pegunungan yang biasa didaki seperti Gunung Gede atau Gunung Papandayan.

Salah seorang pendaki senior Indonesia, Alm. Norman Edwin, mengatakan bahwa seorang pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan ketika melakukan kegiatannya. Rintangan pertama sifatnya ekstern, artinya datang dari objek yang sedang dihadapi. Objek itu adalah gunung, dan rintangan yang dihadapi berupa cuaca atau medan berat. Bahaya yang ditimbulkannya disebut bahaya objek (objective danger).

Rintangan kedua sifatnya intern, yaitu datang dari si pendaki gunung itu sendiri. Kalau si pendaki itu tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka rintangan itu datang dari dirinya sendiri. Bahaya yang timbul disebut bahaya subjek (subjective danger).

Di Indonesia, bahaya objek bagi pendaki gunung secara umum tidak terlalu besar. Keterjalan gunung-gunungnya relatif tidak seberapa, cuacanya pun hanya dipengaruhi oleh dua musim: musim kering dan musim hujan. Suhu udara tidak terlalu dingin, terutama dibandingkan dengan gunung-gunung di daerah subtropis. Bila akhir-akhir ini terlansir berita mengenai kecelakaan di gunung, maka kesalahan banyak dilakukan oleh si pendaki yang masih belum memadai dari banyak segi. Perlengkapan mendaki gunung adalah pokok pemikiran pertama bagi setiap pendaki gunung.

Gunung dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita. Lebih-lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah. Itulah sebabnya kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di gunung. Perlengkapan yang baik adalah salah satu usaha untuk mengurangi bahaya di gunung, baik bahaya objek maupun subjek.

  1. Bahaya subjektif atau bahaya yang datang dari diri Anda sendiri merupakan hal-hal yang paling mudah dihadapi atau diatasi karena kita sendiri yang mengetahuinya. Hal-hal tersebut di antaranya :
    1. Seberapa siap Anda untuk melakukan perjalanan atau mendaki gunung?
    1. Apakah Anda dalam kondisi sehat dan cukup kuat ?
    1. Sudah siapkah mental dan fisik Anda?
    1. Apakah pengetahuan Anda tentang kegiatan alam bebas sudah cukup?
  • Beberapa hal yang disebutkan di atas sebenarnya dapat Anda permudah, misalnya dengan rajin berolahraga, sehingga fisik selalu terjaga dalam kondisi yang sehat. Belajar ilmu pengetahuan tentang aktivitas alam bebas seperti navigasi, survival dan sebagainya merupakan hal yang cukup panting untuk menunjang kesiapan Anda dalam mendaki gunung. Jika tidak mempunyai pengetahuan yang cukup, maka jangan coba-coba untuk pergi sendiri. Lebih baik Anda pergi bersama orang yang lebih berpengalaman.

2. Bahaya objektif atau bahaya yang berasal dari sifat alam itu sendiri merupakan bahaya di luar

  • kemampuan Anda dan biasanya tidak dapat Anda ubah. Namun Anda bisa meminimalisasi efek dari bahaya tersebut dengan cara mempersiapkan segala sesuatunya dengan balk. Hal-hal tersebut di antaranya :
    1. Udara dan angin di pegunungan biasanya dingin, bahkan gunung-gunung yang mempunyai ketinggian tertentu sangat dingin dan bersalju.
    1. Badai bisa datang sewaktu-waktu dan menghambat perjalanan.
    1. Kabut juga bisa datang tiba-tiba dengan sangat tebal, sehingga mengurangi jarak pandang Anda.
    1. Di medan pendakian yang gundul, angin dan temperatur yang datang bisa sangat liar. Apabila hujan turun, tidak ada tempat untuk berteduh.
    1. Topografi medan pendakian umumnya terjal dan di saat musim hujan biasanya menjadi lebih berat dan sangat licin.
    1. Batu-batuan atau pasir yang Anda temukan bisa saja berjatuhan.
    1. Suasana malam sangat gelap.
    1. Dan sebagainya.

  • Beberapa hal tentang bahaya objektif seperti yang disebutkan di atas, sebagai manusia, Anda tidak bisa mengubahnya. Namun Anda bisa mengurangi dampak-dampak negatifnya seperti dengan membawa makanan yang cukup dan bergizi. Membawa jas hujan dan baju hangat untuk menghindari kondisi cuaca yang buruk. Membawa alat penerangan seperti center atau lilin. Membawa tenda atau flysheet untuk tempat berteduh dari panas, dingin, dan hujan.

Tips-tips agar aktivitas kegiatan alam bebas berjalan lancar

1. Sebelum Perjalanan

    1. Rencanakan perjalanan Anda jauh-jauh hari agar Anda dapat mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan diri Anda.
    1. Cari informasi sebanyak mungkin mengenai daerah atau lokasi tujuan Anda. Informasi bisa Anda dapatkan dari buku, Internet, koran, majalah ataupun dari teman-teman Anda yang telah melakukan perjalanan ke tempat tersebut.
    1. Pilihlah daerah atau lokasi yang menjadi tujuan perjalanan agar Anda bisa memperkirakan alokasi waktu perjalanan dan biaya yang harus dipersiapkan.
    1. Siapkan semua identitas diri. Dan jika perlu, surat jalan dari kepolisian setempat untuk kegiatan yang sifatnya lebih besar, seperti ekspedisi.
    1. Persiapkan kondisi fisik Anda dengan rajin berolahraga sebelum melakukan perjalanan jauh. Misalnya dengan joging atau renang.
    1. Biasakan membawa alat tulis untuk mencatat hal-hal penting selama perjalanan.
    1. Tinggalkan pesan atau catatan kepada keluarga atau orang terdekat mengenai tempat yang Anda akan tuju.
    1. Catatlah semua perlengkapan yang akan Anda bawa dengan cara membuat daftar perlengkapan (check list) dan cek kembali sebelum berangkat.
    1. Sesuaikan kapasitas perlengkapan dengan jangka waktu Anda saat melakukan perjalanan dan sesuaikan dengan kondisi daerah atau lokasi tujuan Anda, serta cuaca pada saat itu.
    1. Siapkan perlengkapan perjalanan Anda seperti pakaian dan peralatan untuk perjalanan atau pendakian sesuai dengan lokasi yang dituju. Jangan terlalu berlebihan atau kekurangan. Untuk melakukan pendakian, beban yang dibawa biasanya 1/3 dari berat tubuh Anda, yaitu sekitar 15-20 kg.
    1. Dalam memilih barang yang akan dibawa mendaki, carilah selalu alat/perlengkapan yang berfungsi ganda. Tujuannya adalah untuk rneringankan berat beban yang harus Anda bawa. Contoh: alumunium foil yang bisa menjadi pengganti piring, untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat, sehingga tidak memakan tempat di keril.
    1. Selalu siapkan kantung-kantung plastik dalam carrier/ backpack Anda, karena akan berguna sekali nanti sebagai tempat sampah yang harus Anda bawa turun, baju basah, dan lain sebagainya.
    1. Selalu gunakan kantung plastik untuk membungkus pakaian Anda agar pakaian tidak basah dan lembap.
    1. Gunakan kantung plastik untuk mengatur barang dalam carrier/backpack Anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya). untuk mempermudah jika sewaktu-waktu Anda ingin memilih pakaian, makanan, dan sebagainya.
    1. Siapkan makanan dan air yang cukup setidaknya untuk keperluan pribadi Anda.
    1. Apabila Anda pergi dengan grup atau rombongan, bagilah perlengkapan grup agar tidak rangkap.
    1. Membungkus ulang makanan yang Anda bawa seperti makanan dalam kotak, botol dan kaleng ke dalam kantung isi ulang atau kantung plastik. Tujuannya untuk mengurangi berat dan tempat pada saat melakukan packing.
    1. Siapkan persediaan makanan ekstra jika sewaktu-waktu terjadi cuaca buruk atau keterlambatan seperti alokasi waktu yang meleset.
    1. Selalu siapkan P3K atau first aid kit dalam tas Anda.
    1. Jangan pernah membiarkan barang-barang atau perlengkapan menggantung di luar carrier Anda, karena akan menyulitkan pergerakan Anda sewaktu mendaki.
    1. Dan lain-lain.

2. Selama Perjalanan

    1. Laporkan kedatangan Anda pada petugas yang berwenang atau aparat desa setempat mengenai maksud dan tujuan kedatangan Anda.
    1. Apabila sampai di lokasi, cari informasi mengenai situasi dan kondisi setempat pada 3-7 hari terakhir, termasuk kehidupan liarnya, seperti hewan. Informasi bisa Anda dapatkan dari petugas jagawana (polisi hutan) dan penduduk setempat.
    1. Anda juga bisa mencari informasi mengenai hal-hal atau kebiasaan penduduk setempat untuk menghindari konflik, dengan cara menghormati kebiasaan tersebut. Informasi itu bisa Anda dapatkan dari petugas jagawana, aparat setempat atau tokoh masyarakat.
    1. Ikutilah aturan-aturan yang sudah ditetapkan di lokasi-lokasi perjalanan (misalnya di Taman Nasional), serta jangan merusak atau mengacaukan hal-hal yang sudah berlaku dan ditetapkan.
    1. Jangan merusak rambu-rambu atau shelter yang telah dibuat, karena akan merugikan diri Anda dan orang lain.
    1. Sebaiknya berjalan di gunung dengan langkah-langkah kecil, karena langkah yang terlalu besar akan merusak keseimbangan tubuh.
    1. Dengan fisik yang baik, seorang pendaki gunung dapat berjalan 2-3 jam tanpa istirahat. Atau minimal berjalan satu jam diselingi istirahat sepuluh menit sudah cukup baik.
    1. Ikuti jalan setapak yang sudah ada. Di gunung, jalan setapak biasanya berkelok-kelok rnengikuti kontur alam, sehingga tidak terlalu menanjak. Tidak usah memotong jalan setapak yang berkelok-kelok itu. Lintasan biasanya curam. Lagi pula, memotong jalan setapak tersebut dapat merusak jalan yang sudah ada. Tidak usah segan untuk kembali turun dan memeriksa jalan setapak yang ada, seandainya lintasan di depan meragukan Anda.
    1. Lindungi diri dan anggota kelompok Anda selama melakukan perjalanan.
    1. Lindungi alam atau lingkungan sekitar Anda dengan tidak merusak dan melakukan berbagai vandalisme (merusak batang pohon dengan menggunakan pisau atau mencoret-coretnya dengan cat dan sejenisnya).
    1. Bawa selalu kembali barang-barang bawaan Anda yang menjadi sampah. Terutama barang-barang yang lama diurai sepertir plastik dan sejenisnya.
    1. Simpanlah pakaian kotor ke dalam kantung tersendiri dan jangan mencampurnya dengan pakaian bersih, terutama pakaian yang basah dan berbau.
    1. Gunakan kembali kantung-kantung yang bisa dipakai ulang apabila memungkinkan.
    1. Berjalan dan berkemah pada jalur atau tempat yang sudah ditentukan, terutama daerah yang telah ditetapkan sebagai taman nasional atau cagar alam seperti Gunung Gede-Pangrango.
    1. Gantilah pakaian yang Anda gunakan pada saat rnendaki dengan pakaian yang bersih dan kering ketika akan tidur atau pada saat berkemah.
    1. Jangan terlalu dekat mendirikan tenda dengan aliran sungai, danau dan sumber air lainnya. Sebisa mungkin hindarilah pencemaran. Dengan begitu, Anda juga memberikan kesempatan pada kehidupan liar untuk datang dan minum di sumber-sumber air tersebut. Selain itu, juga untuk melindungi Anda dari bahaya banjir karena naiknya permukaan air.
    1. Apabila meninggalkan area perkemahan, selalu cek kembali lokasi tersebut sebelum Anda meninggalkannya. Usahakan kondisi di tempat itu kembali seperti sedia kala sebelum Anda datang. Jangan meninggalkan apa pun di tempat tersebut.
    1. Berhati-hatilah apabila ingin membuat api unggun.Jika tidak perlu, sebaiknya tidak membuat api unggun. Gunakanlah batang atau ranting pohon yang telah rubuh dan mati. Pastikan api unggun yang Anda buat telah mati ketika Anda meninggalkannya.
    1. Jangan membuang kotoran ke dalam sumber air.
    1. Kurangi dampak pencemaran dengan tidak mandi langsung di sungai atau sumber air lainnya apabila menggunakan sabun berbahan detergen.
    1. Dan lain-lain.

Hal-hal yang telah disebutkan di atas, semuanya merupakan sedikit paparan dari prinsip "Leave No Trace Program", yaitu suatu program untuk melakukan aktivitas kegiatan di alam bebas yang dirancang lembaga swasta yang bergerak di bidang pendidikan alam bebas NOLS (National Outdoor Leadership School). Program ini dirancang untuk memperkecil dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas manusia di dalam kawasan alam bebas. Berikut prinsip-prinsip dasar tersebut :

  1. Perencanaan di muka dan persiapan yang baik.
  1. Berkemah dan berjalan diatas permukaan tanah yang tahan dan awet.
  1. Berkemaslah luar dalam (tidak hanya barang di ransel Anda).
  1. Buanglah kotoran dengan benar.
  1. Biarkan apa yang Anda temukan.
  1. Minimalkan penggunaan dan akibat dari api unggun.
  1. Latihlah diri untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan perjalanan.
  1. Dengan memelihara diri sendiri dan grup Anda saat perjalanan di alam bebas, Anda berada dalam posisi melindungi lingkungan.
  • semoga bermanfaat .....

0 komentar: